PSIKOLOGI KOGNITIF - SENSASI, PERSEPSI, DAN ATENSI


 


Konsep otak komputasi didasarkan pada gagasan bahwa pikiran adalah apa yang dilakukan otak - memproses informasi. Apa yang kita rasakan melalui indra manusia merupakan tahap awal dalam rangkaian kejadian yang kemudian melibatkan penggambaran, pengkodean, menyimpan informasi, materi, berpikir, dan akhirnya memberikan respon terhadap pengetahuan atau informasi tersebut. Tahap awal inilah yang terjadi pada otak komputasi, dimana otak ini terkait erat dengan sensasi dan persepsi.

 

Persepsi & Sensasi

Sensasi mengacu pada deteksi awal energi dari dunia fisik. Studi tentang sensasi umumnya berurusan dengan struktur dan proses mekanisme sensoris dan rangsangan yang mempengaruhi mekanisme tersebut (lihat Tabel 1). Persepsi, di sisi lain melibatkan kognisi yang lebih tinggi dalam interpretasi informasi sensorik. Pada dasarnya, sensasi mengacu pada deteksi awal rangsangan; sedangkan persepsi merupakan interpretasi dari hal-hal yang kita rasakan.


Penyimpanan Iconic & Echoic

Penyimpanan iconic merupakan memori yang memproses dan menyimpan kegiatan sensorik dari penglihatan kita, berupa sensorik visual. Jika kita memiliki penyimpanan iconic untuk visi, maka penyimpanan echoic untuk auditori. Penyimpanan echoic dapat menangkap stimulus suara dari indra pendengaran kita, yang kemudian akan diproses.

 

Atensi

Dari sudut pandang psikologi kognitif, atensi merupakan sebuah proses kognitif dalam memilih informasi ataupun stimulus penting dari lingkungan sekitar (melalui semua indra manusia) sehingga otak tidak kelebihan beban dengan jumlah informasi yang kita terima. Secara umum atensi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha individu untuk berkonsentrasi pada proses mental atau kejadian sensorik.


Kapasitas Pemrosesan Dan Atensi Selektif

Fakta bahwa individu secara selektif hanya menanggapi sebagian dari semua isyarat yang tersedia terbukti dari berbagai pengalaman umum. Selektivitas ini sering dikaitkan dengan tidak memadainya channel capacity, ketidakmampuan individu untuk memproses semua isyarat sensoris secara bersamaan. Gagasan ini menunjukkan bahwa suatu tempat dalam pengolahan informasi berada dalam keterbatasan neurologis (lihat Gambar 9).


Atensi selektif dapat diibaratkan menjadi sebuah cara untuk menyalakan senter dalam kegelapan untuk menerangi salah satu benda yang membuat kita tertarik, dengan membiarkan benda lainnya tetap berada dalam gelap. Dengan berkenaan dengan jumlah informasi yang kita tanggapi dan ingat, bagaimanapun, tampaknya ada kendala dalam kognitif. Selain keterbatasan sensorik ini. Dengan demikian secara hati-hati mengarahkan senter perhatian, maka informasi yang kita perhatikanlah nantinya akan diproses dan mengabaikan (atau moderat) informasi lainnya.

 

Pemrosesan Terkontrol dan Otomatis

Proses otomatis seperti menulis nama sendiri tidak melibatkan kontrol kesadaran. Sebagian besar, mereka dilakukan tanpa kesadaran sadar. Namun, Anda mungkin menyadari bahwa Anda melakukannya. Beberapa proses otomatis mungkin terjadi sekaligus, atau setidaknya sangat cepat, dan tidak ada urutan tertentu. Jadi, mereka disebut proses paralel.

Sebaliknya, proses yang dikontrol dapat diakses dengan kontrol sadar dan bahkan memerlukannya. Proses semacam itu dilakukan secara serial, misalnya, ketika Anda ingin menghitung total biaya perjalanan Anda akan segera online. Dengan kata lain, proses yang dikontrol terjadi secara berurutan, satu langkah sekaligus. Mereka memakan waktu yang relatif lama untuk dijalankan, setidaknya dibandingkan dengan proses otomatis.

Tiga atribut yang dapat mencirikan proses otomatis yaitu, tersembunyi dari kesadaran, tidak disengaja dan mengkonsumsi beberapa sumber daya yang dipercaya. Banyak kegiatan yang dimulai karena proses yang dikontrol pada akhirnya menjadi yang otomatis sebagai akibat dari praktik. Proses ini disebut otomatisasi (juga disebut proseduralization). Misalnya, mengendarai mobil awalnya proses yang terkendali. Begitu kita menguasai gerakan tersebut, hal itu akan menjadi otomatis dalam kondisi berkendara normal. Kondisi tersebut melibatkan jalan yang familiar, cuaca yang bersahabat, dan sedikit atau tidak ada rambu lalu lintas.

 

Neurosains dan Atensi: A Network Model

Pada tahun 2007, Posner bekerja sama dengan Mary Rothbart dan mereka melakukan tinjauan terhadap studi neuro imaging di bidang atensi untuk menyelidiki apakah banyak hasil beragam penelitian yang dilakukan menunjuk ke arah yang umum. Mereka menemukan bahwa pada awalnya tampak seperti pola aktivasi yang tidak jelas dapat diatur secara efektif ke daerah-daerah yang terkait dengan tiga sub-fungsi atensi: peringatan (alerting), berorientasi (orienting), dan atensi eksekutif.

Peringatan: Peringatan didefinisikan sebagai upaya untuk siaga terhadap atensi dari kejadian yang akan datang, dan mempertahankan atensi ini. Peringatan juga mencakup proses untuk mencapai keadaan kesiapan ini. Area otak yang terlibat dalam peringatan adalah korteks depan dan parietal yang tepat serta lokus coeruleus. Neurotransmiter Norepinephrine terlibat dalam pemeliharaan kewaspadaan. Jika sistem peringatan tidak bekerja dengan baik, orang akan mengembangkan gejala ADHD; dalam proses penuaan reguler, disfungsi sistem peringatan dapat berkembang juga.

Orienting: Orienting diartikan sebagai pemilihan rangsangan untuk diperhatikan. Jaringan orientasi berkembang selama tahun pertama kehidupan. Area otak yang terlibat dalam fungsi orientasi adalah lobus parietal superior, persimpangan parietal temporal, bidang mata frontal, dan colliculus superior. Neurotransmitter modulasi untuk orientasi adalah asetilkolin. Disfungsi dalam sistem ini dapat dikaitkan dengan autisme.

Atensi Eksekutif: Perhatian eksekutif mencakup proses untuk memantau dan menyelesaikan konflik yang muncul di antara proses internal. Proses ini meliputi pikiran, perasaan, dan tanggapan. Area otak yang terlibat dalam proses atensi akhir dan tertinggi ini adalah cingulate anterior, ventral lateral, dan korteks prefrontal serta basal ganglia. Neurotransmitter yang paling terlibat dalam proses perhatian eksekutif adalah dopamin. Disfungsi dalam sistem ini dikaitkan dengan penyakit Alzheimer, gangguan kepribadian ambang, dan skizofrenia.

 

 

SUMBER

Solso, R. L., MacLin, O. H., & MacLin, M. K. (2014). Cognitive Psychology, 8th Edition. UK : Pearson Education Limited.

Sternberg, R. J., & Sternberg, K. (2012). Cognitive Psychology, 6th Edition. USA : Wadsworth, Cengage Learning. 

Komentar