Definisi Neurosains Kognitif
Bidang neurosains kognitif ditujukan untuk studi tentang bagaimana kognisi diwujudkan di otak, dengan temuan baru yang menarik bahkan dalam studi proses berpikir paling kompleks. Neurosains kognitif adalah pengembangan suatu metode yang memungkinkan kita untuk memahami dasar kognisi. Neurosains kognitif menggabungkan teknik penelitian psikologi kognitif dengan berbagai metode untuk menilai struktur dan fungsi otak.
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. Fungsi utama tulang belakang adalah membawa pesan saraf dari otak ke otot, dan pesan sensorik dari tubuh ke otak. Otak diatur ke sejumlah daerah yang berbeda, yang melayani berbagai jenis fungsi, dengan korteks serebral memainkan peran utama dalam fungsi kognitif yang lebih tinggi.
Lobus oksipital mengandung daerah visual utama. Lobus parietal menangani beberapa fungsi perseptual, termasuk pemrosesan spasial dan representasi tubuh. Hal ini juga terlibat dalam pengendalian atensi atau perhatian, yang akan di bahas di dalam postingan lainnya. Lobus temporal menerima masukan dari daerah oksipital dan terlibat dalam pengenalan objek. Ini juga memiliki daerah pendengaran utama dan area wernickle’s, yang mana termasuk dalam proses bahasa. Lobus frontal memiliki dua fungsi utama: bagian belakang lobus frontal terlibat terutama dengan fungsi motorik. Bagian depan., disebut korteks prefrontal, dimana mengendalikan proses pada tingkat yang lebih tinggi, seperti perencanaan.
Metode dalam Neorusains Kognitif
Electrical Recordings
Electroencephalography (EEG) adalah rekaman frekuensi listrik dan intensitas otak hidup, yang biasanya dicatat selama periode yang relatif lama. Bila populasi neuron yang besar aktif, aktivitas ini akan menghasilkan pola potensial potensial yang khas pada kulit kepala. Dalam metodologi yang khas, seorang peserta memakai topi banyak elektroda. Elektroda mendeteksi perubahan irama dalam aktivitas listrik dan merekamnya pada elektroensephalograms Gambar 1.11 menggambarkan beberapa rekaman yang khas dari berbagai keadaan kognitif.
Event-related potential (ERP) memiliki resolusi temporal yang sangat bagus, namun sulit untuk menyimpulkan lokasi di otak aktivitas saraf yang memproduksi aktivitas kulit saraf. Teknik event-related potential (ERP) mencatat fluktuasi (perubahan) kecil yang berlangsung hanya sepersekian detik dalam aktivitas listrik otak, sebagai respons terhadap rangsangan. Untuk menggunakan teknik ini, peneliti menempatkan elektroda di kulit kepala seseorang. Elektroda ini merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh neuron yang terletak di bawah tengkorak. Teknik ERP tidak dapat mengidentifikasi respons dari satu neuron. Namun, ini dapat mengidentifikasi perubahan listrik dalam waktu yang sangat singkat.
Static Imaging Techniques
Psikolog menggunakan gambar diam untuk mengungkapkan struktur otak (lihat Gambar 2.10 dan Tabel 2.3). Teknik tersebut meliputi angiogram, computed tomography (CT) scan, dan magnetic resonance imaging scans (MRI). Teknik berbasis x-ray (angiogram dan CT scan) memungkinkan pengamatan kelainan besar otak, seperti kerusakan akibat stroke atau tumor.
Computed tomography (CT atau CAT). Tidak seperti metode sinar-X konvensional yang hanya memungkinkan pandangan dua dimensi dari sebuah objek, CT-scan terdiri dari beberapa gambar sinar-X yang diambil dari sudut yang berbeda, ketika digabungkan, menghasilkan gambar tiga dimensi.
Tujuan angiography bukan untuk melihat struktur di otak, melainkan untuk memeriksa aliran darah. Bila otak aktif, dibutuhkan energi, yang diangkut ke otak berupa oksigen dan glukosa dengan cara darah.
Magnetic resonance imaging scans (MRI) mengungkapkan gambar resolusi tinggi dari struktur otak hidup dengan membentuk dan menganalisis perubahan magnetik dalam energi orbit partikel nuclear dalam molekul tubuh.
Metabolic Imaging
Teknik metabolic imaging mengandalkan perubahan yang terjadi di dalam otak sebagai hasil peningkatan konsumsi glukosa dan oksigen di daerah aktif otak.
Adapun Positron Emission Tomography (PET) dan Fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), memberikan informasi yang relatif bagus tentang lokasi aktivitas saraf namun informasi yang agak buruk tentang waktu berjalan dari aktivitas tersebut. PET memindai ukuran kenaikan oksigen di daerah otak aktif selama jenis pengolahan informasi tertentu, dan FMRI merupakan teknik neuroimaging yang menggunakan medan magnet untuk membangun representasi rinci dalam tiga dimensi kadar aktivitas di berbagai bagian otak pada saat dan waktu tertentu. Tidak ada dari PET atau FMRI yang mengukur aktivitas saraf secara langsung. Sebaliknya, mereka mengukur tingkat metabolik atau aliran darah di berbagai bidang otak, mengandalkan fakta bahwa area yang lebih aktif dari otak memerlukan pengeluaran metabolisme yang lebih besar dan memiliki aliran darah yang lebih besar.
Transcranial magnetic stimulation (TMS), di mana koil ditempatkan di bagian tertentu kepala dan denyut nadi atau denyut yang dikirim ke wilayah tersebut (lihat Gambar 1.13). Ini akan mengganggu pemrosesan dan aktivitas normal otak di wilayah di bawah koil tersebut. Jika diberikan secara otomatis, TMS aman dan tidak memiliki efek jangka panjang. Ini bisa sangat berguna dalam menentukan peran daerah otak yang berbeda.
Last but not least, magnetoencephalography (MEG) mengukur aktivitas otak dari luar kepala (mirip dengan EEG) dengan mengambil medan magnet yang dipancarkan oleh perubahan aktivitas otak. Karena sifat medan magnet, MEG paling baik untuk mendeteksi aktivitas di sulci (lipatan) pada korteks dan kurang sensitif terhadap aktivitas di gyri (benjolan) atau aktivitas yang dalam pada otak.
Psikologi Kognitif dan Neurosains Kognitif
Ada beberapa alasan psikolog kontemporer menggunakan informasi dan teknik dari neurosains dalam psikologi kognitif, ini termasuk :
• Permintaan untuk menemukan bukti fisik untuk struktur teoritis dari pikiran. Peralatan yang canggih memungkinkan dilakukan secara material mengidentifikasi adanya proses psikologis penting seperti bahasa, persepsi, pemikiran, memori, dan fungsi kognitif lainnya.
• Kebutuhan dari ahli neurosains untuk menghubungkan temuan mereka terhadap model yang lebih komprehensif tentang bagaimana berfungsinya kognisi.
• Tujuan klinis untuk menemukan korelasi antara patologi otak dan perilaku (gejala). Keprihatinan ini memerlukan pemahaman yang tepat tentang fungsi otak dan psikologi. Sebaliknya, psikolog tertarik pada pengobatan psikologis pasien yang terganggu secara medis memerlukan pemahaman yang baik tentang penyebab fisik perilaku tersebut.
• Peningkatan keterlibatan fungsi neurologis dalam model pikiran. Secara khusus, psikolog kognitif tertarik pada pengolahan terdistribusi paralel (PDP), yang juga disebut koneksiisme atau sistem jaringan syaraf tiruan, tertarik untuk menemukan model psikologis yang konsisten dengan struktur dan fungsi neurologis.
• Kerja para ilmuwan komputer yang mencoba mensimulasikan kognisi manusia dengan mengembangkan perangkat lunak komputer yang berperilaku sedemikian rupa sehingga serupa dengan cara otak manusia berperilaku.
• Pengembangan teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengetahui struktur otak manusia dan proses yang telah pernah tercantum sebelumnya.
SUMBER
Anderson, J. R. 2015. Cognitive Psychology And Its Implications, 8th Edition. New York : Worth Publisher
Matlin, M. W. (2005). Cognition, 6th Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc.
Solso, R. L., MacLin, O. H., & MacLin, M. K. (2014). Cognitive Psychology, 8th Edition. UK : Pearson Education Limited.
Sternberg, R. J., & Sternberg, K. (2012). Cognitive Psychology, 6th Edition. USA : Wadsworth, Cengage Learning.
Komentar
Posting Komentar